Kamis, 17 Januari 2008

Agribisnis Karimun Tidak Kalah dengan Thailand


Agribisnis Karimun Tidak Kalah dengan Thailand 13 September 2004
Salah satu produk unggulan yang kini mendapat perhatian serius Pemkab Karimun adalah nenas Kundur.
Bagi sebagian orang, berburu buah-buahan dan sayuran ke Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), bukanlah hal yang biasa. Sebab, kabupaten seluas 6.984 km2 yang sebagian besar merupakan lautan (4.760 km2) sering diidentikkan dengan pasir laut ataupun tambang timah.Karimun yang dulu sudah berubah. Dominasi hasil tambang pun semakin surut. "Emas laut" andalan pendongkrak Pendapatan Asli Daerah (PAD) kabupaten yang mencapai Rp 17 miliar, kini tak secemerlang tahun-tahun sebelumnya. Akibatnya, pemerintah daerah harus kerja keras mencari alternatif baru untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan mengisi pundi-pundi PAD. Posisi strategis Karimun yang berpenduduk sekitar 200.000 jiwa ini kemudian menjadi pemacu bagi pemda untuk berjuang mengembangkan berbagai sektor, termasuk agribisnis. Karimun berbatasan sebelah utara dengan Selat Singapura dan Semenanjung Malaysia, sebelah selatan dengan Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), sebelah timur dengan Kota Batam, dan sebelah barat dengan Kabupaten Bengkalis dan Kabupaten Pelalawan. Di samping itu, kabupaten ini memiliki 198 pulau yang terdiri dari tiga gugus pulau, yang terdiri dari 198 pulau-pulau kecil, yakni Pulau Kundur 58 buah, Pulau Karimun 48 buah, dan Pulau Moro 92 buah.Bupati Karimun, M Sani di sela-sela panen raya nenas di Kundur, Kabupaten Karimun beberapa waktu lalu mengatakan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karimun optimistis dengan potensi agribisnis di daerahnya, terutama di Kecamatan Kundur. "Berbagai macam buah dan sayur bisa dikembangkan di sini. Jadi kita tidak perlu mengimpor buah dari Thailand," kata Sani. Kalau Thailand bisa berjaya dengan hasil pertaniannya, mengapa Kundur tidak demikian? Menurut Sani, hasil produksi pertanian Kundur tidak kalah dengan Thailand. Kualitas dan bentuk buah-buahan dan sayur-sayuran Kundur cukup kompetitif dibanding dengan buah dan sayuran impor. Ditinjau dari segi kualitas tanah, topografi, iklim, dan ketersediaan lahan, tanaman yang mempunyai peluang dikembangkan di Kundur sangat beragam, baik tanaman pangan, hortikultura, maupun buah-buahan. Tanaman pangan seperti jagung, ubi kayu, kacang tanah, dan kacang hijau. Hortikultura antara lain, ketimun, kangkung darat, bayam, terung, daun sup, kacang panjang, dan cabai. Khusus buah-buahan, terdapat rambutan, jeruk, durian, pisang, sawo, dan nenas. Di samping itu, potensi tanaman perkebunan sangat menjanjikan. Usaha perkebunan yang mengalami pertumbuhan dalam lima tahun terakhir adalah gambir, sedangkan cengkeh, kelapa sawit, dan karet telah lama diusahakan oleh masyarakat secara tradisional. Tanaman gambir dapat memberikan penghasilan rata-rata Rp 600.000-Rp 700.000 per ha dalam tiga bulan. Harga gambir di tingkat petani pengumpul adalah $S 1.400 per ton, sedangkan harga jual ke Batam mencapai harga $S 1.450 per ton. KoperasiKhusus untuk pengembangan tanaman buah-buahan, Pemda Karimun melakukan terobosan dengan melibatkan masyarakat yang tergabung dalam koperasi usaha. Pada umumnya, koperasi menggarap lahan tidur secara berkelompok dengan menggunakan modal awal dari pemerintah. Dalam lima tahun terakhir ini, lebih dari 2.000 ha lahan yang dimanfaatkan untuk penanaman durian, rambutan, jagung, jeruk, melinjo, pisang, dan nenas dengan hasil sekitar 5.000 ton buah-buahan. Meskipun pengembangan potensinya masih di bawah 50 persen, sedikit demi sedikit produksi pertanian daerah ini mulai menunjukkan keunggulannya. Buah-buahan dan sayur-sayuran Karimun mulai merambah pasar domestik dan internasional. Sebagian hasil produksi memenuhi kebutuhan masyarakat Karimun dan Batam. Sebagian lagi sudah diekspor ke luar negeri, yakni Malaysia, Singapura, Iran, dan Uni Emirat Arab, khususnya Dubai. Salah satu produk unggulan yang kini mendapat perhatian serius Pemkab Karimun adalah nenas Kundur. Untuk mengembangkan tanaman nenas, Pemda menyiapkan dana Rp 1,485 miliar yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2002-2004.Pilot project pengembangan tanaman nenas berada Kundur yang dikelola tiga koperasi, yaitu Koperasi Nenas Sungai Ungur Kundur, Koperasi Nenas Berlian, Kundur Utara, dan Koperasi Tanjung Sari Kundur. Pengembangannya meluas hingga 127 ha dengan hasil panen 401 ton.Wakil Ketua Koperasi Tanjung Sari Kundur, Solehan mengatakan, anggota koperasi hanya bertugas mengembangkan tanaman nenas dan tidak dibebani dengan jaringan pemasaran. "Kami hanya tahu bekerja dan hasil panennya sudah ada yang menampung yaitu pabrik pengalengan nenas di Malaysia," tutur Solehan. Umumnya, para petani penggarap tanaman nenas mendapat tambahan penghasilan Rp 500.000 hingga Rp 1.000.000 per bulan. Kemajuan yang dicapai Karimun ini, tidak serta-merta membuat Pemda dan masyarakat menerima apa adanya. Sani mengatakan, dari hasil yang dicapai ini justru mendorong pihaknya memperluas usaha agribisnis. Guna mengatasi keterbatasan modal usaha, pihaknya melakukan pendekatan ke lembaga perbankan dan permodalan. Bantuan dana dari itu dapat meningkatkan hasil produksi dan memperluas lapangan pekerjaan.PerbankanSementara itu, Penjabat Gubernur Kepri, Ismeth Abdullah mengatakan, potensi agribisnis Karimun harus ditunjang dengan bantuan modal dan pemasaran yang memadai. "Perbankan tidak perlu tanggung-tanggung membuka akses bagi petani dan koperasi, kan hasilnya sudah jelas," katanya.Menurut Ismeth, produksi pertanian Karimun merupakan unggulan Provinsi Kepri yang perlu dikembangkan secara terencana dan terpadu. Selain dukungan modal, agribisnis ini juga harus ditunjang dengan kualitas dan kuantitas hasil tanaman, peningkatan pengetahuan/kemampuan petani, penggunanaan teknologi, dan jaringan pemasaran yang andal. Sumber: Pembaruan

Tidak ada komentar: