Kamis, 17 Januari 2008

Menimbang Keunggulan Sayuran Daun


Menimbang Keunggulan Sayuran Daun
Sayuran daun hijau umumnya murah harganya. Seperti bayam, sawi hijau (caisim), kangkung, daun singkong, daun pepaya, daun katuk, dan sebagainya. Tapi coba hitung, dalam seminggu berapa kali Anda menyantapnya? Jangan-jangan tidak setiap hari piring makan Anda berisi sayuran hijau. Padahal, menyantap sayuran hijau secara teratur dapat menyusutkan risiko menderita penyakit kanker hingga separuhnya. Demikian kesimpulan hasil penelitian Gladys Block, Ph.D., peneliti kanker pada University of California di Berkeley, AS. Sementara menurut peneliti lainnya, Dr. JoAnn Manson dari Harvard Medical School, rajin makan sayuran hijau dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler, seperti stroke, jantung koroner, hipertensi. Mengapa Berkhasiat? Sayuran daun hijau kaya akan senyawa karotenoid, yang terbungkus dalam kantung pigmen hijau daun (klorofil). Makin pekat warna sayuran, makin tinggi kandungan karotenoidnya. Di dalam tubuh, karotenoid ini akan mengaktifkan enzim fase-2, yang berfungsi membersihkan sampah kimia pemicu kanker. Kemujaraban sayuran hijau memang telah diakui banyak peneliti. Hal ini dikarenakan kandungan karotenoidnya bukan karotenoid tunggal. Namun merupakan kumpulan dari beberapa karotenoid aktif, khususnya betakaroten, alfakaroten, dan lutein. Tak heran jika kekuatannya menghabisi sel kanker menjadi berlipat ganda. Pasukan senyawa pelawan kanker ini masih didukung pula oleh klorofil. Selain menjadi pembungkus karotenoid, zat pigmen hijau daun itu sendiri sebenarnya memiliki aktivitas antikanker. Bibit kanker bercokol di dalam tubuh dengan menumpang "kereta" radikal bebas, lalu parkir pada sel kurang sehat. Benih kanker sengaja memilih sel lemah, agar sel tersebut lebih mudah dilumpuhkan. Nah, dengan banyak makan sayuran hijau, klorofilnya akan melindungi sel lemah tersebut dari serangan benih kanker. Serat kasar merupakan komponen lain sayuran daun yang berkhasiat antikanker. Karena tidak terurai oleh sistem pencernaan kita, serat kasar menjadi seperti karet busa di dalam usus. Ia akan menyerap zat buangan dan membantu gerakan peristaltik usus mendorong sisa makanan ke luar tubuh. Konsumsi sayuran daun yang teratur dan mencukupi juga bermanfaat menjaga kadar normal lemak darah. Dengan adanya serat sayuran di dalam usus, asam empedu akan terserap ke dalam serat dan terbuang bersama kotoran. Menurunnya asam empedu ini merangsang tubuh menarik lemak dari dalam darah untuk diproses menjadi asam empedu di dalam hati. Akibatnya, konsentrasi lemak dalam darah bisa tetap terjaga. Melalui proses inilah kita terhindar dari kemungkinan memiliki kadar lemak darah melebihi normal (hiperlipidemia). Sehingga kita jauh dari aneka penyakit akibat gangguan pada pembuluh darah, seperti hipertensi, stroke, sakit jantung koroner, katarak, dan juga impotensi. Jumlahnya Harus Cukup Konsumsi serat kasar yang kurang mencukupi membuat kita sulit buang air besar (sembelit), sehingga sisa makanan akan lama tertahan di dalam usus. Akibatnya, dinding usus terpaksa harus menyerap kembali zat-zat racun yang terdapat dalam bahan buangan tersebut. Hal ini dapat menimbulkan gejala keracunan, seperti rasa mual, pening, sulit tidur, uring-uringan, perasaan kurang nyaman. Akibat lainnya, zat racun sisa makanan yang terhambat prosespembuangannya lewat "pintu belakang" tersebut terpaksa dibuang tubuh melalui kulit. Zat buangan inilah yang akhirnya meracuni kulit tubuh. Ibarat hamparan rumput tersiram minyak tanah, kulit pun akan menjadi kering, bersisik, dan kusam akibat terbasahi terus dengan racun sisa makanan. Untuk mendapatkan kembali kekenyalan dan kecerahan kulit yang telah menua, bukan hal yang mustahil. Sebab sayuran hijau memiliki kekuatan meremajakan sel-sel tua dan memperbaiki sel-sel yang telah rusak. Kuncinya, makanlah lebih banyak sayuran daun hijau. Untuk menjaga kesehatan dan kecantikan disarankan mengkonsumsi 3 mangkuk sayuran daun (dikombinasikan dengan jenis sayuran lain). Dalam kehidupan sehari-hari, cukup-tidaknya kita mengkonsumsi sayuran sebenarnya lebih mudah diamati. Konsumsi sayuran yang mencukupi ditandai dengan frekuensi buang air besar yang teratur 1-2 kali setiap hari, khususnya pada fase pembuangan di pagi hari. Kotoran bisa dibuang ke luar tubuh secara wajar, tanpa harus mengejan. Jika tanda-tanda tersebut belum terjadi pada diri Anda, berarti konsumsi sayuran masih di bawah kecukupan yang dibutuhkan tubuh. Sayuran daun hijau, terutama bayam, kol hijau, dan kol keriting (kol savoy), kaya akan senyawa betakaroten, vitamin C, dan asam folat. Ketiga senyawa tersebut berjuang bersama-sama memerangi radikal bebas pengeruh lensa mata. Alasan inilah yang dapat menjelaskan mengapa sayuran hijau mampu mencegah munculnya selaput katarak yang mengaburkan penglihatan. Cukup beralasan jika sayuran hijau disebut-sebut sebagai "obat kurang darah" yang unggul. Sebab sayuran hijau secara umum kaya akan zat besi, yang merupakan bahan penyusun sel darah merah (hemoglobin). Khasiat ini makin ditunjang lagi dengan banyaknya kandungan klorofil di dalam sayuran hijau. Sejumlah hasil penelitian menyebutkan klorofil dapat memacu laju pembentukan sel darah merah. Oleh karena itu, dalam kondisi anemia kita biasanya disarankan dokter atau ahli gizi agar lebih banyak menyantap bayam, daun katuk, daun pepaya, dan sayuran hijau lainnya. Namun karena zat besi dalam sayuran hijau kurang bisa diserap tubuh secara optimal, sebaiknya sayuran daun hijau dimakan bersama buah segar yang umumnya kaya vitamin C. Kalau tidak, sebaiknya sayuran hijau disantap sebagai lalap mentah agar kandungan vitamin C-nya tetap utuh. Sayuran Hijau Istimewa Sayuran kelompok kubis-kubisan (Cruciferae), terutama brokoli, disebutkan paling kaya zat antioksidan, baik dalam hal jumlah maupun jenisnya. Senyawa antioksidan paling ampuh yang tersimpan dalam brokoli adalah sulforafan. Selain itu, ada juga betakaroten, indola, kuersetin, glutation. Brokoli terutama amat penting bagi wanita, karena mampu membuang kelebihan estrogen berbahaya yang berpotensi membangkitkan kanker. Bagi penderita kencing manis (diabetes mellitus), brokoli membantu meredam melonjaknya kadar gula darah, karena brokoli sangat kaya mikromineral kromium. Untuk itu, diet penderita diabetes disarankan lebih sering memanfaatkan sayuran kelompok kubis-kubisan, terutama brokoli. Kol, yang harganya relatif lebih murah dibandingkan dengan brokoli, mengandung cukup banyak senyawa indola-3-karbinol. Seperti halnya pada brokoli, senyawa ini pun membantu tubuh menguras jenis estrogen berbahaya pemicu kanker, terutama kanker payudara. Yang unik, bagian luar lembaran daun kol yang berwarna kehijauan dan biasanya dibuang justru lebih kaya zat antikanker daripada lembaran daun bagian dalam yang warnanya putih. Bertolak belakang dengan pandangan kita selama ini, yang menganggap kol yang putih mulus adalah yang terbaik kualitasnya. Selama ini kita telanjur mendakwa kol sebagai biang keparahan sakit maag. Padahal, justru sebaliknya. Sejumlah penelitian mutakhir menyebutkan kol justru membantu menyembuhkan maag. Caranya, kol disantap mentah dan dikunyah hingga betul-betul lumat atau diminum sebagai jus pada saat perut kosong. Takukah Anda bahwa daun mengkudu pun bisa dimasak sebagaimana sayuran daun? Setelah diblansir, daun mengkudu bisa langsung disantap sebagai lalap, dimasak botok, pepes, urap, pecel, atau untuk campuran gulai. Memblansir dilakukan dengan cara merebus daun mengkudu selama 2 menit di dalam air mendidih, agar bau langunya berkurang. Daun mengkudu sangat kaya betakaroten dan zat besi, baik untuk mengatasi kurang darah (anemia). Jadi, kenapa tidak sekarang saja kita mulai menyantap sayuran daun hijau lebih banyak lagi?

Wied Harry Apriadji Praktisi gizi dan kuliner

Tidak ada komentar: